Jumat, 22 Juli 2011

Pisang Goreng .... Fried Banana


Ini kisah nyata yang benar terjadi.
Meskipun sudah terjadi beberapa tahun yang lalu, kisah ini menjadi kisah turun menurun di kalangan Mahasiswa Sekolah Alkitab Lawang - Jawa Timur.

Aturan yang sangat ketat di asrama membuat uang menjadi tidak bernilai di sekolah tersebut. Mereka tidak diijinkan membeli makanan di luar kampus kecuali bila dikirim atau diberi oleh jemaat. Banyak mahasiswa yang menggunakan waktu diantara jam penginjilan dan visitasi untuk mampir ke warung terdekat untuk sekedar membeli bakso, soto atau minum es.
Dari sekian banyak jemaat yang mereka layani ada seorang nenek tua bernama mbah Ginuk, meski umurnya udah lebih dari 70 tahun, ia hidup sebatang kara tanpa sanak saudara dan harus bekerja sebagai tukang cuci seminggu dua kali dengan gaji Rp. 1,000,- per kunjungan. Setiap seminggu sekali ia selalu memberikan 15 potong pisang goreng untuk bekal bagi mahasiswa yang sedang praktek penginjilan di desanya sebagai bekal untuk dibawa ke asrama.
Pada mulanya, para mahasiswa menganggap ini suatu pemberian yang menyenangkan dan mereka tidak pernah memikirkan apa yang terjadi dengan si pemberi berkat itu.

Hingga suatu hari mereka mendapat kabar kalau mbah Ginuk meninggal dunia karena sakit. Seminggu setelah mbah Ginuk dikubur, ketika para mahasiswa sedang melakukan praktek penginjilan di desa itu mereka berpikir bahwa tidak akan ada lagi orang yang memberi mereka makanan. Ternyata, salah satu penduduk desa tersebut datang menghampiri mereka sambil menyerahkan bungkusan berisi 15 potong pisang goreng untuk dibawa pulang. Usut punya usut, ternyata mbah Ginuk sebelum meninggal telah menitipkan sejumlah uang ke penjual pisang goreng tersebut. Sejak saat itu mereka menyadari betapa mulianya persembahan yang dilakukan oleh mbah Ginuk bahkan sebelum mati pun ia masih tetap memikirkan "memberi" untuk orang lain.

Cerita tersebut bisa menjadi cermin bagi kita :
1. Kalau kita memberi dari kelebihan kita itu suatu hal yang biasa, tapi belajarlah memberi dari kekurangan kita dan kita akan melihat betapa pemberian kita bisa menjadi berkat yang besar bagi orang lain.

2. Tuhan lebih menghargai pemberian dalam jumlah kecil yang mungkin juga tidak berarti di mata manusia ( cuma pisang goreng ) tapi diberikan dengan hati tulus ikhlas daripada persembahan mewah yang diberikan dengan pamrih.

3. Ingatlah bahwa kalau kita memberi pada sesama yang membutuhkan, berarti kita memberi pada Tuhan yang menciptakan manusia.

4. Belajarlah memberi dari kekurangan kita, dan kita akan mengetahui bahwa Tuhan yang kita sembah itu bukan Allah yang suka ingkar janji. Tuhan akan memberkati kita dengan berlipat kali ganda sesuai dengan janjiNya bahkan tingkap - tingkap langit akan dibukakan bagi kita yang percaya kepadaNya.

5. Ingatlah pada hukum Tabur-Tuai, apa yang engkau tabur di masa sekarang itulah yang kelak akan engkau tuai di masa mendatang.

Tuhan Memberkati Kita Semua ^_^




Fried Banana

This the real true story .
Though it happened a few years ago, this story becomes the story fell down among the Bible School Students Lawang - East Java.

The rules are very strict in the dormitory to make money becomes worthless at the school. They are not allowed to buy food outside the campus except when sent or given by the congregation. Many students who use the time between the hours of evangelism and visitation to stop by the nearest shop to just buy the meatballs, soup or drink ice.
Of the many churches that they serve there is an old woman named mbah Ginuk, despite its age already more than 70 years, she lived alone with no relatives and had worked as a cleaning lady twice a week with a salary of Rp. 1.000, - per visit. Every once a week he always gives 15 pieces of fried banana for lunch for students who are practice evangelism in her village as a provision to be brought to the dormitory.
At first, the students regard this as a gift that is fun and they never think about what happened with the blessing of the giver.

Until one day they got word that mbah Ginuk died of illness. A week after mbah Ginuk buried, when the students are doing the practice of evangelism in the villages that they think that there will be no longer the person who gave them food. Apparently, one of the villagers came up to them, handing her the package contains 15 pieces of fried bananas to take home. Investigate a calibaration, it turns out Ginuk champion before she died had to place some money into the fried banana seller. Since then they realize how noble sacrifices made by mbah Ginuk die even before he was still thinking about "giving" to others.


The story can be a mirror for us:
1. If we give from our excess was a matter of course, but learn to give of our shortcomings and we'll see how we can be of great blessing to others.

2. Better appreciate God's gift in a small number may not mean the human eye (only fried bananas), but given with sincere hearts than luxurious offerings given with strings attached.

3. Remember that if we gave the others in need, meaning we give to God who created man.

4. Learn to give of our shortcomings, and we will know that the God we worship is not God who likes to break a promise. God will bless us with double doubled in accordance with His promise even the windows - windows of heaven will be opened for us who believe in Him.

5. Remember the law Spead-reaping what you sow in the future now that's what you will reap in the future.

God Bless You All ^ _ ^

Ƹ̵̡Ӝ̵Ʒ.. ♥ SUBMITTED BY Rosa EM ♥ 
.(ړײ)/♥ HAPPY DAY! YOU'RE BEAUTIFUL :) ! ♥
.«▓   GREETINGS & LOVE 
..╝╚ . ♥ ♥ ♥ *””*♥░♥*””* ♥ ♥ ♥

Tidak ada komentar:

Posting Komentar